Kerja di Japan, boleh berhijab nggak sih?

img_20180211_181114_197-1631758962.jpg

“Di Jepang, kita boleh ngga sih mbak, make hijab di tempat kerja?”

Berawal dari pertanyaan itu, saya ingin sharing berdasar pengalaman (sendiri/temen) selama saya bekerja di Jepang tentang boleh/tidaknya wanita muslim memakai hijab di tempat gawe (Rumah sakit, Panti Lansia, maupun perusahaan Jepang lainnya).

Awal pertama mengikuti program G to G perawat ke Jepang, bisa dibilang saya masih belum sempurna mengenakan hijab. Jadi, ketika tempat kerja tidak membolehkan berhijab pun, AWALNYA nggak begitu masalah. Toh cuma di tempat kerja lepas hijab, daijoubu (nggak apa-apa) pikir saya.

Namun, di tengah-tengah perjalanan, saya mulai berpikir, dan tidak tenang. Dan Qadarrullah, saya dipertemukan dengan orang-orang pilihan-Nya di tengah kegalauan. Saya bertemu dengan seorang muslimah dan hafidzah yang pada akhirnya membuat saya semangat mempelajari agama dan belajar memperbaiki bacaan Al Quran, laku bertemu seorang temen sejawat di acara tabligh akbar yang pada akhirnya membawa saya ke majelis-majelis ilmu lainnya. Allah mengirim mereka ketika saya berada di titik dimana saya bimbang dengan jalan yang saya pilih selama ini. *Semoga Allah selalu menjaga mereka….

…….

Sedikit cerita…

Ada seorang teman di luar sana yang sangat gigih memperjuangkan hijabnya di tempat kerja, berani mengambil resiko kalo kalo dia dipulangkan ke Indonesia. “Kenapa ngga boleh berhijab?” Tanya saya.

“Entahlah, kata si bos.. demi kenyamanan dan keamanan pasien. Dan lagi, demi menjaga kebersihan.”

What? Emang hijab kotor?

Teman-temannya yang lain, yang muslim, justru mengiyakan alasan bosnya. Dan menerima saja jika peraturan dilarang memakai hijab. Alasannya? “Kita kerja di Jepang, ya harus mengikuti aturan orang Jepang.” Kira kira begitu jawabannya.

Dan pada akhirnya, temen saya yang satu ini pindah kerja ke RS lain. Yang tadinya di wilayah Kanto di Kanazawa Prefektur , ia pindah ke Kansai, di Osaka dibantu oleh senior dan penanggung jawab program.

…..

Ada lagi cerita temen saya yang bekerja di Prefektur Tokushima. Sama seperti yang sebelumnya, hanya saja temen saya yang satu ini sampai meminta bantuan orang KJRI Osaka utuk berbicara pada atasannya. Sama, taruhannya dia bisa saja dipulangkan. Tapi Allah memudahkan usahanya, dan dia tetep bisa bekerja di tempat itu dengan memakai hijab. Walaupun dia pernah bercerita kalau beberapa respon rekan kerjanya kurang mengenakan. Yang penting Allah cinta, apa peduli orang. Ucapnya. Info terbaru sih, saat ini tempatnya bekerja sudah membolehkan wanita muslim memakai hijab. Alhamdulillah..

Kedua teman saya ini membuat saya tergerak untuk melakukan hal yang sama. Saya ingin menyempurnakan identitas diri saya sebagai wanita muslim. Tahun kedua, perjuangan saya dimulai.

Seragam kerja saya berlengan pendek sedikit diatas siku dengan perpaduan celana panjang. Jadi, saya harus sedia manset untuk menutupi lengan.

Awalnya saya curhat ke temen (orang Jepang), kalau saya ingin mulai mengenakan hijab ketika kerja.

“Kenapa?”

“Kalau yang nggak pake hijab itu apa kurang baik?”

“Wah ngga papa, saya dukung.”

Beragam komentar dari beberapa temen saya.

Akhirnya dia membantu untuk berbicara dengan atasan saya. Lalu saya dipanggil.

“Farida, boleh silahkan pakai hijab.” Kata atasan saya.

Semudah INI?

“Saya juga mau pake manset biar menutupi lengan.”

“Wah kalau itu sih….” jawabannya mulai meragukan.

“Selain rambut, saya harus menutup tangan juga.”

“Ohiya ya, wanita islam tidak boleh memperlihatkan kulitnya kan ya. Kecuali muka. Kenapa baru sekarang?”

” Saya baru sadar -_-” LOL hahaha..

Okee fix. Intinya saya diperbolehkan memakai hijab.

Tantangannya?

Pertama kali make hijab ke tempat kerja, perasaan saya nggak karuan. Malu, takut, seneng, dll. Rekan kerja dan pasien ada yang kaget, ada yang bilang cocok, cantik dll. Tapi dimaki-maki disinisin Alhamdulillah engga. Palingan cuma ditanya-tanya, tanya tentang hijab dan Islam. Dan tentu saja, dengan senang hati saya menjawabnya dan tentunya dengan bahasa JEpang ala kadarnya. haha..

Tantangan Selanjutnya adalah ketika masuk ofuro (tempat berendam air panas) untuk memandikan pasien yang memerlukan bantuan. Suhu air sekitar 39,40 derajat, karena orang Jepang suka berendam di air panas. Sudah pasti saya kepanasan dan berkeringat luar biasa. Dan itu setiap hari (Senin-Jumat). Lumayan sih buat bakar kalori. hahaa.. Temen-temen selalu bertanya, “Panas ya?”, “Minum yang banyak. Jangan sampe dehidrasi ya.”

Lalu Kalau Ramadhan gimana? Dalam kondisi puasa gitu? Alhamdulillah full ramadhan nggak masuk ofuro. Paling cuma ikut memakaikan baju saja di ruangan yang suhunya nggak sepanas di ofuro.

Di tempat kerja saya, orang Indonesia cuma 2 dan kebetulan WNA pertama di sana. Temen saya yang satu lagi, tadinya juga nggak pake hijab, dan alhamdulillah akhirnya make juga. ceritanya kita “hijrah” bareng . Hehe

Kami bertekad, tidak ingin lagi mengejar dunia sampe mengenyampingkan perintah-Nya demi perintah atasan kerja. ^^

…..

Kami juga bergabung dengan komunitas muslim di Jepang, tiap pekan ngadain kajian online, tiap bulan kajian darat. Disana saya menemukan begitu banyak temen-temen kita yang lainnya, yang masih terkendala masalah hijab ini. Bahkan ada juga yang memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada akhirnya.

….

Jadi, lebih baik, ketika kita Interview dengan user Jepang, tanyakan apakah boleh memakai hijab/tidak di sana. Jika membolehkan, syukur. Jika tidak, terlebih dulu jelaskan pada mereka kenapa kita perlu memakai hijab dan yakinkan kalau hijab tidak akan mengganggu aktifitas di dunia kerja (ini sih kalau mereka tanya, kenapa emang harus make hijab?). lalu Jika tidak bisa juga, pindah ke user lain. Banyak kok user yang memperbolehkan kita memakai hijab. Dan di tempat kerja nanti, tunjukan kalau kita itu mampu bekerja dengan baik. Tunjukan kalau hijab tidak menghalangi produktifitas kerja. Dan jangan lupa senyum! ^^

5 Comments Add yours

  1. Angga berkata:

    السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

    Siang, mba faris. Mau izin tanya tanya soal pengalaman kerja di jepang boleh? Saya dari bandung.

    Suka

  2. Masyita berkata:

    Assalamualaikum Kak… Boleh tau tidak ap saja program perawat k jepang yg memperbolehkan menggunakan hijab … ? Soalnya sekarang rencana cri2 program sperti ini tapi takutnya dag lulus dan dtolak gara2 tdk bersedia lepas hijab…
    Terimakasih sebelumnya 🙂

    Suka

  3. Dwi berkata:

    Assalamualaikum kak
    Saya mau tanya nih kakak dlunya ikut lpk secara pribadi atau disalurkan dr universitas kak?
    Terimakasih sebelumnya kak

    Suka

    1. faridadarwis19 berkata:

      Wa’alaikumsalam wr wb.
      Sebelum daftar program ini, belum pernah belajar bahasa Jepang di lpk. Cuma ada pelatihan gratis dari pemprov Jabar selama2 mnggu,dan infonya melalui kampus. kampus yg jadi fasilitator. Selebihhya mendaftar program sendiri sambil liat2 info di website bnp2tki.

      Suka

  4. uji awa berkata:

    Assalamualakum kk farida, masyaAllah sekali ya kak ujian kerja dijepang bagi seorang muslim,. izin bertanya kak kebetulan teman saya juga ada yang magang sebagai caregiver ke jepang, cuman di tempat kerjanya tidak membolehkan memakai hijab juga kak, taapi beliau sanagt ingin memakai hijab ketika bekerja, sekarangmasih belum ke jepang, berangkatnya tahun depan kak, kira kira kalau dari awal kerja mau mengenakan hijab mudah ngga ya kak, ada saran atau tips supaya dibolehkan memakai hijab kak? beberapa teman juga magangnya di tokuahim kak, mohon bantuannya kak, semoga kakak selalau dirahmati Allah, Aamiin. terimakasih kak

    Suka

Tinggalkan komentar